Stabilitas Regional: Dampak Konflik Thailand-Kamboja Terhadap Kawasan

Konflik yang berlarut-larut antara Thailand dan Kamboja, khususnya terkait sengketa Kuil Preah Vihear, memiliki dampak signifikan terhadap stabilitas regional Asia Tenggara. Meskipun seringkali dianggap sebagai konflik bilateral, setiap gejolak di perbatasan ini berpotensi memicu konsekuensi yang lebih luas, mempengaruhi hubungan antarnegara dan keamanan kawasan secara keseluruhan.

Salah satu dampak langsung adalah ketidakpercayaan antarnegara anggota ASEAN. Sebagai sesama anggota, konflik antara Thailand dan Kamboja menguji solidaritas dan kemampuan organisasi dalam menyelesaikan perselisihan internal. Ini dapat menciptakan preseden negatif untuk konflik di masa depan di kawasan ini.

Setiap eskalasi 2025 di perbatasan akan meningkatkan risiko militerisasi di wilayah lain. Negara-negara tetangga mungkin merasa perlu untuk memperkuat pertahanan mereka sendiri, memicu perlombaan senjata. Ini bisa mengganggu keseimbangan kekuatan yang ada dan meningkatkan ketegangan secara umum.

Dampak ekonomi juga signifikan. Wilayah perbatasan yang seringkali menjadi jalur perdagangan utama akan terganggu. Investor asing mungkin ragu untuk menanamkan modal di kawasan yang dianggap tidak stabil, menghambat pertumbuhan ekonomi di kedua negara dan wilayah sekitarnya.

Sektor pariwisata, yang menjadi tulang punggung ekonomi banyak negara di Asia Tenggara, juga akan terpengaruh. Peringatan perjalanan dan kekhawatiran keamanan dapat mengurangi jumlah wisatawan, yang berdampak pada pendapatan dan mata pencarian masyarakat lokal.

Stabilitas regional juga terancam oleh potensi krisis kemanusiaan. Konflik bersenjata dapat menyebabkan pengungsian massal warga sipil, menciptakan beban bagi negara-negara tetangga yang harus menyediakan tempat berlindung dan bantuan darurat.

Konflik yang berkepanjangan dapat menarik intervensi dari kekuatan besar di luar kawasan. Ini berpotensi mengubah dinamika geopolitik, menjadikan Asia Tenggara sebagai arena perebutan pengaruh, yang tidak diinginkan oleh negara-negara di wilayah tersebut.

PBB dan ASEAN seringkali mengeluarkan seruan gencatan senjata dan mendesak dialog. Namun, jika konflik terus berulang, efektivitas dan kredibilitas organisasi-organisasi ini dalam menjaga perdamaian regional dapat dipertanyakan. Ini merusak citra mereka.

Penyelesaian sengketa yang adil dan berkelanjutan adalah kunci untuk memulihkan stabilitas regional. Ini melibatkan kemauan politik dari Thailand dan Kamboja untuk mengatasi perbedaan interpretasi peta kontroversial 1907 dan isu warisan sejarah lainnya melalui diplomasi.